Senin, 23 Februari 2015

Istriku Mulia, Takwa, Tabah, dan Cantik

"Istri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah, tidak setakwa Aisyah, pun tidak setabah Fatimah apalagi secantik Zulaikha justru istrimu hanyalah wanita Akhir zaman yang punya cita-cita dan berusaha menjadi Wanita sholehah."
Aku menemukan penggalan syair di atas, Yang. Boleh aku "membelamu"? Membela karena aku yang merasakan, melihat, mendengar secara langsung tentangmu.
"Istri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah".
Memang, jika dibandingkan dengan Siti Khadizah R.A dalam mendampingi perjuangan Rasulullah tidak ada apa-apanya. Tapi bagiku, kemuliaanmu sangat terasa. Kamulah orang yang selalu dengan sabar mengingatkanku untuk solat, kamulah orang yang memberikan pandangan, pemikiran tentang syariat ketika aku salah bahkan tanpa ketara raut marah atau kecewamu. Dan masih banyak lagi kemuliaanmu yang kurasakan.
"Tidak setakwa Aisyah".
Aku sering melihatmu mengaji, solat tepat waktu, kemana-mana selalu membawa alat solat. Bagiku, kamu bertaqwa pada Rabbmu..
"Pun tidak setabah Fatimah".
Untuk hal ini, aku serasa ingin menangis kala ingat masa kelam kita. Ketabahanmu di sampingku sungguh teruji. Terima kasih, Sayang.
"Apalagi secantik Zulaikha".
Karena aku mencintaimu, kamu terlihat sangat cantik. kamulah QURROTA 'AYUN ku.
"Justru istrimu hanyalah wanita Akhir zaman yang punya cita-cita dan berusaha menjadi Wanita sholehah".
Sayang, demi waktu yang pernah bergulir bersama kita, demi esok yang akan kita jelang, semoga kita senantiasa berjalan dalam ridhoNya. Semoga syurga menjadi tempat di mana akhirnya kita dipertemukan kembali. Aamiin..

-Yoga Nugraha-

Rabu, 18 Juni 2014

Dear Mama, Ini Tentang Suamiku..

Dear Mama,

Sudah lebih 8 bulan kita tidak berjumpa. Terakhir kali kebersamaan kita adalah saat aku menikah, saat engkau melepasku untuk menjalani hidup bersama dengan seorang laki-laki, yang hanya engkau kenal dari cerita-ceritaku, dan dari pertemuan tatap muka yang frekuensinya masih bisa dihitung dengan jari.
Dia begitu asing bagimu kan Mama? Terlalu asing hingga sempat membuatmu khawatir.
Aku sungguh-sungguh mohon maaf atas perasaan cemasmu yang tak mampu kucegah..

Dear Mama,
Terimakasih karena meski aku tak lagi sendiri, engkau masih meneleponku sesering dulu, menanyakan kabarku, memastikan aku sehat dan bahagia.
Hingga beberapa waktu lalu kau bertanya, "Apakah suamimu baik?"
Saat itu aku menjawab singkat, "Baik.."
Sebuah jawaban tanpa detail yang mungkin tidak memuaskanmu.
Jadi aku menulis di sini, Mama, untuk menjelaskan banyak hal yang tak mampu kuceritakan melalui telepon karena sungguh, jawaban pertanyaanmu akan cukup panjang.

Dear Mama,
Seandainya Mama punya akun facebook dan bisa stalking kami, Mama akan melihat betapa seringnya dia menggombaliku. Ia menyebut itu romantis, tapi aku menyebutnya gombal. Apapun itu, sering bibirku tersenyum dan pipiku memerah dibuatnya. Bagaimana aku tidak tersenyum jika ia posting foto-foto seperti ini?




Dear Mama,
Ia memperlakukanku begitu istimewa.
Ia menjemputku dan mengantarku kemanapun aku ingin pergi.
Ia memasangkan helm dan membantuku mengenakan jas hujan.
Ia mencarikan makanan apapun yang aku mau.
Ia membawakan tas ranselku yang super besar bahkan tanpa aku memintanya.
Ia menggandeng tanganku saat berjalan-jalan.
Ia memijat punggungku saat terasa begitu sakit dan pegal.
Ia suka mengusap kepalaku, mengecup keningku, menciumku, dan memelukku.

Ia menerimaku apa adanya.
Menerimaku yang belum jago masak, yang berantakan, yang ceroboh, dan terkadang cengeng.
Ia nyaris tak pernah marah padaku.
Ia begitu sabar, pengertian, dan tidak memaksakan kehendak.

He's a good team player.
Aku menyapu, ia mengepel.
Aku mencuci piring, ia membersihkan lantai kamar mandi.
Ia menumpuk pakaian kotor, aku bungkus untuk dibawa ke laundry :p
Ia membiarkan kucing masuk dalam kamar, aku ngomel-ngomel *eh. Hehe..

Dear Mama,
Terimakasih telah merestui kami.
Tidak mungkin kami seperti ini tanpa doamu.

Aku bahagia bersamanya :')














Kado Pernikahan Terindah